LUKA BAKAR
2.1 Definisi
Luka bakar adalah kerusakan kulit
disertakan jaringan dibawahnya yang disebabkan oleh perpindahan panas ketubuh (Oswari
Jonatan, 1995)
Luka bakar adalah perpindahan energi
dari sumber panas ketubuh, panas tersebut mungkun melalui konduksi atau radiasi
elektronik. (Effendi Crhistiante
2.2
Anatomi Fisiologi
Fisiologi Kulit
Kulit
adalah organ tubuh yang luas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
hemeostasis. Kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan epidermis yang terdiri dari
a. Stratum korneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel dan mengandung zat
kreatin
b. Stratum lusidum
Sel pipih yang hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki
tembus cahaya
c. Stratum glanulosum
Sel pipih seperti kumparan
terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit
d. Stratum spinosum
Lapisan yang paling tebal yang terdiri dair 5-8 lapisan
e. Stratum basale
Sel yang terletak dibagian
basale merupakan sel-sel induk yang menggantikan sel diatasnya, sel yang
terbentuk diinti yang lonjong didalamnya terdapat butir yang halus yang disebut
butir melarin warna.
2. Lapisan
dermis
Membentuk bagian terbesar dari kulit
dengan kekuatan dan struktur dari kulit. Lapisan ini terdiri dari 2, yaitu:
a. Bagian atas yang disebut pars papilaris
b. Bagian bawah
disebut pars latikularis
Lapisan papilaris dermis berada
dibawah langsung epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang
dapat menggantikan satu kalogen yaitu suatu komponen dari jaringan ikat
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Lapisan kulit yang terdalam, lapisan
ini yang terutama adalah jaringan adipose yang memberikanbantalan antara
lapisan kulit dan struktur interna seperti otot dan tulang
2.3
Etiologi
1. Bahan kimia : Asam alkali, cuka para, air
aki
2. Radiasi : Sinar matahari, terapi radiasi
3. Thermal : Air panas, api, uap panas, asap
4. Elektrik :
Kesetrum listrik, sambar petir
2.4 Manifestasi klinis
- Nyeri pada luka
- Takikardi dan tekanan darah turun
- Adanya kemerahan/bulla pada permukaan kulit yang cidera
- Tubuh klien terasa panas
- Ekstremitas dingin (perubahan suhu dari panas kedingin)
- Perubahan tingkat kesadaran
- Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunan jumlah urine yang keluar)
- Peningkatan frekuensi nafas
- Keterbatasab mobilitas
2.5 Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar
disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas
dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi dan kimia. Destruksi jaringan
terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein dan ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran napas atas menipakan lokasi destruksi jaringan. Janingan yang
dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena karena luka
bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab (burning agen).
Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya
luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang dari 40°C dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan
luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya, kemudian perawatannya
dilakukan dengan tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase
akut atau intermediate dan fase rehabilitasi.
Fase
|
Durasi
|
Prioritas
|
Fase resusitasi yang
Darurat/segera
|
Dari awitan cedera hingga
selesainya resusitasi cairan
|
Pertolongan pertama
Pencegahan syok Pencegahan gangguan pernapasan Deteksi dan
penanganan cedera yang menyertai Penilaian luka dan perawatan pendahuluan
|
Fase akut
|
Dari dimulainya diuresis hingga hamper selesainya proses penutupan
luka
|
Perawatan dan penutupan luka
Pencegahan/penanganan komplikasi termasuk
infeksi
Dukungan nutrisi
|
Fase rehabilitasi
|
Dan penutupan luka yang
besar hingga kembalinya kepada tingkat penyesuaian fisik dan
psikososial yang optimal
|
Pencegahan parut & kontraktur Rehabilitasi
fasik, oksupasional & vokasional
Rekonstruksi fungsional & kosmetik
Konseling psikologi
|
2.6 Derajad Luka bakar
Kedalaman
luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi.
Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari
bulu domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar
juga mudah turner oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat
derajat kedalaman.
Derajat & derajat luka baker
|
Bagian kulit yang terkena
|
Gejala
|
Penampilan luka
|
Perjalanan kesembuhan
|
Derajat satu (superficial)
tersengat matahari
Terkena api
dengan intensitas rendah
|
Epidermis
|
Kesemutan
Hiperestesia
(supersensitive)
Rasa nyeri
mereda bila didinginkan
|
Memerah,
menjadi putih bila di tekan
Minimal atau tanpa edema
|
Kesembuhan lengkap dalam I minggu
Pengelupasan kulit
|
Derajat dua (Partial thickness) tersiram
air mendidih
Terbakar oleh nyala api
|
Epidermis dan bagian dermis
|
Nyeri hiperestesia
Sensitif terhadap udara yang dingin
|
Melepuh dasar
luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka baah edema
|
Kesembuhan
dalam 2-3 minggu
Pembentukan
parut & depigment asi infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat tiga
|
Derajat tiga
(full thickness)
Terbakar nyala
api
Terkena cairan
mendidih dalam waktu yang lama tersengat arus listrik
|
Epidermis, keseluruhan
dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan
|
Tidak terasa nyeri
Syok
Hematuria & kemungkinan hemolisis
Kemungkinan terdapat luka masuk dan
keluar (pada luka bakar listrik)
|
Kering, luka
bakar bewarna putih seperti bahan kulit atau gosong
Kulit retak
dengan bagian lemak yang nampak
Edema
|
Pembentukan
esker
Diperlukan
pencangkokan
Pembentukan
parut&hilangnya kontur serta fungsi kulit
Hilangnya jari tangan atau ekstremitas
dapat terjadi
|
Umumnya
luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika dinilai, luka bakar
biasanya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada bagian perifer luka
dengan peningkatan kedalaman di sebelah proksimal. Setiap daerah memiliki 3
zona cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan yang paling parah,
sedangkan zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan. Daerah sebelah
dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan seluler. Daerah
yang tengah disebut zona statis tempat terjadinya gangguan suplai darah,
inflamasi dan cedera jaringan. Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai
derajat tertentu dengan resusitasi cairan yang berhasil baik. Daerah sebelah
luar merupakan zona hyperernia.
Zona ini
merupakan luka bakar derajat satu yang harus sembuh dalam waktu I minggu dan
lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera
akibat cairan yang panas.
Dalam
menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-faktor:
- Riwayat terjadinya luka bakar
- Penyebab luka bakar
- Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
- Lamanya kontak dengan agen
- Tebalnya kulit
2.7 Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Luas luka
bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh Pada orang dewasa
digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kiri, paha kanan paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah
daerah genetalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang
terbakar pada orang dewasa.
Pada anak
dan dewasa digunakan rumus lain karena luas relative permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relative permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda dikenal rumus 10 untuk bayi dan
rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak,
kepala dan leher 15%, bagian depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas
atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstrernitas bawah kanan dan kiri
masing-masing 15%.
Selain
dalamnya dan luas permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak
daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum,
ketiak. leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena mudah mengalami
kontraktur.
Karena bayi
dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar,
digolongkan dalam golongan berat.
2.8 Perawatan Luka Bakar
Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas
pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar
adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar.
- Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah
mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar
untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat
mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya
bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat
diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri
ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus
listnik, sumber listrik harus dipadamkan.
- Mendinginkan luka bakar
Proses koagulasi protein set di
jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan
sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat
bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil. Dengan dernikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat
dihentikan pada derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada
tingkat I atau II. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja
yang dingin sekurang-kurangnya 15 menit.
- Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada
luka bakar dapat dibiarkan pakaian lain dan semua barang perhiasan harus segera
dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya kontriksi
sekunder akihat edema yang timbul dengan cepat.
- Menutup luka bakar
Luka bakar hams ditutup secepat
mungkin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan meagurangi nyeri
dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.
- Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar
kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika
mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.
Penatalaksanaan Kehilangan
cairan dan Syok
Setelah
menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah
terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang
hilang.
Perubahan
cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam Perawatan
Luka Bakar
Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok)
Plasma menuju cairan interstisial (Edema path
tempat yang terbakar)
|
|
Observasi
|
Penjelasam
|
Dehidrasi yang menyeluruh
Berkurangnya volume darah
Berkurangnya haluran urin
Kadar K+ yang berlebihan
Kadar Na+ yang kurang / deficit
Asidosi metabolic (deficit basa bikarbonat)
Hemokonsentrasi (Kenaikan
hematokrit)
|
Plasma mengalir keluar (bocor) lewat pembuluh
darah kapiler yang rusak
Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma
penurunan tekanan darah dan berkurangnya curah jantung
Terjadi sekunder akibat:
-
kehilangna aliran darab renal
-
kehilangan cairan
-
Retensi Na&air karena
peningkatan kortek adrenal (hemolisis sd darah merah yang menyebabkan
hemoglobinuria & mionekrosisimioglobinuria)
Trauma seluler yang massif menyebabkan pelepasan
ion
K± ke dalam cairan ekstraselukr
Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan edema
yang terperangkap dan mengalami eksudasi serta berpindali ke dalam sel ketika
ion K+ dilepas dan dalarn sel
Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai
kehilangan natnium
Komponen darah yang cain mengalir ke dalam ruang
ekstravaskuler
|
Selang
infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi cairan dimulai.
Hasil pengukuran BB dan tes
laboratorium juga dicatat dan dipantau secara ketat.
Penggantian Cairan
Kebutuhan cairan
yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter berdasarkan luas
luka baker. Beberapa kombmasi kategori cairan dapat digunakan (1) koloid-whole
blood, plasma serta plasma ekpander, dan (2) kristaloid/elektrolit larutan
natrium kiorida fisiologik atau larutan ringer laktat. Resusitasi cairan yang
adequate menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama
pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam nilai yang normal pada
akhir periode 48 jam.
Pedoman Rumus untuk Penggantian
Cairan Pada Pasien Luka Bakar
Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau
larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X % luas luka baker.
Separuh diberikan dalam 8 jam
pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Rumus
Evans
- Koloid: 1mIXkgBBX%luaslukabaker
- Elektrolit (saline): Imi X kg BB X % luas luka baker
- Glukosa (5% dalam air): 2000m1 untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan
dalam 8 jam pertarna, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dan cairan
elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelunmya, seluruh penggantian
cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam.
Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas perrnikaan tubuh dihitung
berdasarkan 50% luas pennukaan tubuh.
Rumus Brooke Army
1. Koloid: 0,5m1 X kg BB X % luas luka baker
2. Elektrolit (larutan ringer
laktat): 1,5m1 X kg BB X % luas luka baker
3. Glukosa (5% dalam air):
2000rn1 untuk kebilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan
dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dan cairan
koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian cairan insensible.
Luka baker derajat II dan III
yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan
tubuh.
Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4m1 X
kg 13B X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan
dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Han 2: Bervariasi. Ditambahkan
koloid Larutan Salin Hipertonik
Larutan pekat natrium kiorida
dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq natrium perliter yang diberikan pada
kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan.
Jangan meningkatkan kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka bakar.
Kadar natnium serum harus dipantau dengan ketat. Tujuan: meningkatkan kadar
natnium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi
paru.
Obat-obatan
Antibiotik
sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai
adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada
infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida
diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu
tinggi.
Nutrisi
harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen
yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500- 3000 kalori sehari
dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung
atau ditambah parenteral.
Penderita
yang mulal stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar peredaran
darah dan rnencegah kekakuan sendi.
Penderita
luka bakar harus dipantau teius-rnenerus, keberhasilan pembenan cairan dapat
dilihat dan diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya lml!kgBB/jam. Yang penting
juga apakah sirkulasi normal/tidak
2.9 Proses Penyembuhan Luka
Fase Inflamasi:
•
Merupakan
awal dari proses penyembuhan luka.
•
Proses
peradangan akut terjadi dalam 24 – 48 jam pertama stlh cedera.
•
Proses epitelisasi mulai
terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi luka.
•
Terjadi reproduksi dan migrasi sel dari tepi
luka menuju ke tengah luka.
•
Fase
ini dpt memanjang bila status nutrisi buruk atau sress fisik lainnya spt
infeksi
Fase
proliferasi:
•
Merupakan
fase lanjutan dari tahap inflamasi.
•
Proses
peradangan akut terjadi dalam 48 jam sampai 3 minggu
•
persiapan pembentukan struktur protein untuk
rekonstruksi jaringan
•
aktif bergerak dan mengeluarkan substansi:
- kolagen,
elastin. hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans
•
proses sintetik
disebut fibroplasia dengan peran :
- proliferasi,
migrasi, deposit jar. matriks dan kontraksi luka
- Pembentukan jar. granulasi dari makrophag, pembuluh darah dan fibroblast.
-
proses pembetukan kapiler didalam luka
- upaya respons untuk oksigenisasi dan nutrisi
- Epitelialisasi
- Fibroblast keluarkan
KGF (Keratinocyte) - stimulasi mitosis sel
epidermis
epidermis
- Keratinasi mulai dari
pinggir ketengah
- Dengan sintesa
kolagen, kualitas dermis disempurnakan
- Kontraksi
- Struktur fibroblast
berubah menjadi myofibroblast -- kontraksi
Tuluan untuk memperkecil luka / defek
Tuluan untuk memperkecil luka / defek
Fase remodeling atau maturasi
•
Fase
ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang
pada proses penyembuhan luka.
•
Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut.
•
Fase
ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini
didapatkan parut luka yang matang yang
mempunyai kekuatan 80% dari kulit
normal.
2.10 Pemeriksaan Diagnostik
1.
Hitung darah lengkap peningkatan Fit awal menuajukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan kehilangan cairan
- EKG : tanda iskemia miokardial dapat terjadi pada luka bakar listrik
- GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi
- Fotografi luka bakar : memberikan eatatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
- Pengkajian
a.
Aktivitas dan istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan
rentang gerak, gangguan massa
otot
b.
Sirkulasi
Tanda Hipotensi (syok), penurunan nadi pada distal path
ekstermitas yang cedera vaso kontriksi perifer umum, pembentukan edema jaringan
semua Juka bakar.
c.
integritas ego
Tanda: ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, dan marah
Gejala : masalah tentang
keuangan, pekeijaan, keluarga dan kecacatan
d.
Makanan atau cairan
Tanda : edema janingan umum,
anoreksia, mual/muntah
e.
Neurosensori
Tanda: Perubahan orientasi,
penurunan reflek tendon
f.
Nyeri / kenyamanan
Gejala : luka bakar derajat pertama secara ekstrim
sensitif unutk disentuh, ditekan dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan
sedang derajat dua sangat ayeri, sementara respon path luka bakar ketebalan
derajat kedua tergangtung pada kebutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga
tidak nyeri.
g.
Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
Tanda: serak, batuk mengik,
ketidak mampuan menelan sekresi oral, sianosis
- Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d cidera syaraf tepi
2. Kekurangan volume cairan b/d peningkatan
tekanan hidrostatik pada kapiler jaringan yang cidera
3. Bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan
nafas
4. Kerusakan integritas kulit b/d terputusnya
cintinuitas jaringan
5. Resti infeksi b/d pertahanan primer tidak
adekuat, rusaknya barier kulit
- Intervensi Keperawatan
- Nyeri b/d cidera syaraf tepi
Kriteria Hasil: nyeni (-), ekspresi wajah relaks, TTV normal
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
§ Kaji keluhan nyeri, perhatikan
lokasi/karakter dan intensitas nyeri
§ Perhatikan suhu lingkukngan yang nyaman
§ Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
|
§ Dapat mengidentifikasikan terjadinya komplikasi
§ Mengurangi terjadinya penguan
§ Kurang tidur dapat meningkatkan persepsi
nyerilkemampuan koping menurun
|
- Kekurangan volume cairan b/d peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler jaringan yang cidera
Kriteria Hasil : - menunjukkan
perbaikan keseimbangan cairan yang di buktikan oleh pengeluaran urine yang
adekuat, TTV stabil
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
§ Awasi tanda vital
§ Awasi pengeluaran urine dan berat jenis, observasi wama urine
§ Selidiki petubahan mental
|
§ Memberikan pedoman untuk mengganti
cairan dan mengkaji respon vaskuler
§ Intake out put seimbang, ada perdarahan pada urine
§ Penyimpanan pada tingkat kesadaran dapat mengindiksikan ketidak
adekuatan volume sirkulasi/penurunan perfusi jaringan serebral
|
- Bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas
Kriteria Hasil: menunjukkan bunyi
nafas jelas, frekuensi peniafasan dalam rentang larna
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
§ Kaji reflek GAG/menelan
§ Tinggikan kepala tempat tidur, hindari penggunaan bantal di bawah kepala
§ Latihan nafas dalam dan perubahan posisi
sering
|
§ Dugaan cedera inhalasi
§ Meningkatkau ekspansi paru optimal fungsi pernafasan
§ Meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi
dan drainase sekret
|
- Resti infeksi b/d pertahanan primer tidan adekuat, rusaknya barier kulit
Kriteria Hasil : - mencapai
penyembuhan luka tepat waktu, bebas eksudat dan tidak demam
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
§ Tekankan pentingnya cuci tangan yang
baik
§ Gunakan sarung tangan, masker dan
lakukan tehnik aseptik selama perawatan luka berlangsung
§ Ganti balutan dan bersihkan area
terbakar serta periksa luka tiap hari
|
§ Mencegah kontaminasi silang menurunkan
resiko infeksi
§ Mencegah terpajan pada organisme infeksius
§ Mengidentifikasi adanya penyembuhan dan
granulasi jaringan
|