ARTIKEL KESEHATAN : PENYAKIT KUSTA
TEKNIK PENGEMBANGAN MEDIA
PROMOSI KESEHATAN
OLEH :
DARWIN
12131011104
darwinbinhus.blogspot.com
Dosen :
Fadli Mas'oed, S.Si., M.Pd
PROGRAM PASCASARJANA
KESEHATAN MASYARAKAT
STIK BINA HUSADA PALEMBANG
2013
PENYAKIT KUSTA
A.Pengertian
Penyakit kusta adalah
penyakit menular yang menahun yang menyerang saraf perifer, kulit dan jaringan
tubuh lainnya.
Lepra : Morbus hansen, Hamseniasis
Reaksi :Episode akut yang terjadi pada
penderita kusta yang masih aktiv disebabkan suatu interaksi antara
bagian-bagian dari kuman kusta yang telah mati dengan zat yang telah tertimbun
di dalam darah penderita dan cairan penderita.
B.Etiologi (penyebab)
M. Leprae atau kuman
Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari
Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan
asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya
ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama
jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan.
Kuman ini dapat mengakibatkan infeksi sistemik pada binatang Armadillo.
C.Patogenesis
Meskipun
cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian,
tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui
mukosa nasal. Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang,
kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama,
serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis. M. Leprae ( Parasis Obligat
Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah
superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh
tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn,
histiosit ) untuk memfagosit. Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler
tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan
bebas merusak jaringan. Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag
dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi
sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel
dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa
epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.
D.Klasifikasi Kusta
Menurut
Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis,
bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
- TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( – ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
- BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
- Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya. Gangguan sensibilitas sedikit, BTA ( + ) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( – ).
- BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( – ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( – ).
- LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( – ).


WHO membagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
- Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
- Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
E. Gambaran Klinis (tanda dan gelaja)
Menurut
klasifikasi Ridley dan Jopling
1. Tipe Tuberkoloid ( TT )
- Mengenai kulit dan saraf.
- Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
- Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
- Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.
2. Tipe Borderline
Tuberkoloid ( BT )
- Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
- Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
- Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
- Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.
3. Tipe Mid Borderline ( BB
)
- Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
- Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.
- Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
- Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.
- Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.
4. Tipe Borderline
Lepromatus ( BL )
Dimulai
makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula
lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk bagian tengah,
beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya
sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat
muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat
prediteksi.
5. Tipe Lepromatosa ( LL )
- Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
- Distribusi lesi khas :
- Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.
- Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
- Stadium lanjutan :
- Penebalan kulit
progresif
- Cuping telinga
menebal
- Garis muka kasar dan
cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.
- Lebih lanjut
- Deformitas hidung
- Pembesaran kelenjar
limfe, orkitis atrofi, testis
- Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.
- Penyakit progresif, makula dan popul baru.
- Timbul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
- Stadium lanjut
- Serabut saraf
perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan
pengecilan tangan dan kaki.
6. Tipe Interminate ( tipe
yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)
a.
Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit
sekitar normal.
b.
Lokasi bagian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang
dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
c.
Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.
d.
Sebagian sembuh spontan.
e.
Gambaran klinis organ lain
- Mata : iritis,
iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
- Tulang rawan :
epistaksis, hidung pelana
- Tulang & sendi :
absorbsi, mutilasi, artritis
- Lidah : ulkus, nodus
- Larings : suara
parau
- Testis :
ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
- Kelenjar limfe :
limfadenitis
- Rambut : alopesia,
madarosis
- Ginjal :
glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.