Senin, 15 April 2013

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR. Darwin Dani



LUKA BAKAR

2.1  Definisi
Luka bakar adalah kerusakan kulit disertakan jaringan dibawahnya yang disebabkan oleh perpindahan panas ketubuh (Oswari Jonatan, 1995)
Luka bakar adalah perpindahan energi dari sumber panas ketubuh, panas tersebut mungkun melalui konduksi atau radiasi elektronik. (Effendi Crhistiante

2.2  Anatomi Fisiologi

Fisiologi Kulit
            Kulit adalah organ tubuh yang luas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam hemeostasis. Kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1. Lapisan epidermis yang terdiri dari
a. Stratum korneum
      Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel dan mengandung zat kreatin
 b. Stratum lusidum
      Sel pipih yang hanya terdapat pada telapak tangan dan kaki tembus cahaya
c. Stratum glanulosum
Sel pipih seperti kumparan terdapat hanya 2-3 lapisan yang sejajar dengan permukaan kulit
d. Stratum spinosum
      Lapisan yang paling tebal yang terdiri dair 5-8 lapisan
e. Stratum basale
Sel yang terletak dibagian basale merupakan sel-sel induk yang menggantikan sel diatasnya, sel yang terbentuk diinti yang lonjong didalamnya terdapat butir yang halus yang disebut butir melarin warna.

2. Lapisan dermis
            Membentuk bagian terbesar dari kulit dengan kekuatan dan struktur dari kulit. Lapisan ini terdiri dari 2, yaitu:
   a. Bagian atas yang disebut pars papilaris
   b. Bagian bawah disebut pars latikularis
Lapisan papilaris dermis berada dibawah langsung epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menggantikan satu kalogen yaitu suatu komponen dari jaringan ikat

 3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Lapisan kulit yang terdalam, lapisan ini yang terutama adalah jaringan adipose yang memberikanbantalan antara lapisan kulit dan struktur interna seperti otot dan tulang

2.3  Etiologi
1. Bahan kimia : Asam alkali, cuka para, air aki
2. Radiasi : Sinar matahari, terapi radiasi
3. Thermal : Air panas, api, uap panas, asap
4. Elektrik : Kesetrum listrik, sambar petir

2.4 Manifestasi klinis
  • Nyeri pada luka
  • Takikardi dan tekanan darah turun
  • Adanya kemerahan/bulla pada permukaan kulit yang cidera
  • Tubuh klien terasa panas
  • Ekstremitas dingin (perubahan suhu dari panas kedingin)
  • Perubahan tingkat kesadaran
  • Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunan jumlah urine yang keluar)
  • Peningkatan frekuensi nafas
  • Keterbatasab mobilitas

2.5 Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar disebabkan karena pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi dan kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein dan ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran napas atas menipakan lokasi destruksi jaringan. Janingan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agen penyebab (burning agen). Nekrosis atau kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen penyebab luka bakar tersebut. Suhu yang kurang dari 40°C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya, kemudian perawatannya dilakukan dengan tiga fase luka bakar, yaitu: fase darurat/resusitasi, fase akut atau intermediate dan fase rehabilitasi.
Fase
Durasi
Prioritas
Fase resusitasi yang
Darurat/segera
Dari awitan cedera hingga
selesainya resusitasi cairan
Pertolongan pertama
Pencegahan syok Pencegahan gangguan pernapasan Deteksi dan penanganan cedera yang menyertai Penilaian luka dan perawatan pendahuluan
Fase akut
Dari dimulainya diuresis hingga hamper selesainya proses penutupan luka
Perawatan dan penutupan luka
Pencegahan/penanganan komplikasi termasuk infeksi
Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi
Dan penutupan luka yang
besar hingga kembalinya kepada tingkat penyesuaian fisik dan psikososial yang optimal
Pencegahan parut & kontraktur Rehabilitasi fasik, oksupasional & vokasional
Rekonstruksi fungsional & kosmetik
Konseling psikologi


2.6 Derajad Luka bakar
Kedalaman luka bakar tergantung oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah turner oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat derajat kedalaman.

Derajat & derajat luka baker
Bagian kulit yang terkena
Gejala
Penampilan luka
Perjalanan kesembuhan
Derajat satu (superficial) tersengat matahari
Terkena api dengan intensitas rendah
Epidermis
Kesemutan
Hiperestesia (supersensitive)
Rasa nyeri mereda bila didinginkan
Memerah, menjadi putih bila di tekan
Minimal atau tanpa edema
Kesembuhan lengkap dalam I minggu
Pengelupasan kulit
Derajat dua (Partial thickness) tersiram air mendidih
Terbakar oleh nyala api
Epidermis dan bagian dermis
Nyeri hiperestesia
Sensitif terhadap udara yang dingin
Melepuh dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka baah edema
Kesembuhan dalam 2-3 minggu
Pembentukan parut & depigment asi infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat tiga
Derajat tiga (full thickness)
Terbakar nyala api
Terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama tersengat arus listrik
Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan
Tidak terasa nyeri
Syok
Hematuria & kemungkinan hemolisis
Kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka bakar listrik)
Kering, luka bakar bewarna putih seperti bahan kulit atau gosong
Kulit retak dengan bagian lemak yang nampak
Edema
Pembentukan esker
Diperlukan pencangkokan
Pembentukan parut&hilangnya kontur serta fungsi kulit
Hilangnya jari tangan atau ekstremitas dapat terjadi

Umumnya luka bakar memiliki kedalaman yang tidak seragam. Ketika dinilai, luka bakar biasanya mencakup daerah-daerah cedera superfisial pada bagian perifer luka dengan peningkatan kedalaman di sebelah proksimal. Setiap daerah memiliki 3 zona cedera. Daerah yang sebelah dalam mengalami kerusakan yang paling parah, sedangkan zona yang sebelah luar kerusakannya paling ringan. Daerah sebelah dalam dikenal sebagai zona koagulasi dimana terjadi kerusakan seluler. Daerah yang tengah disebut zona statis tempat terjadinya gangguan suplai darah, inflamasi dan cedera jaringan. Daerah ini masih dapat diselamatkan sampai derajat tertentu dengan resusitasi cairan yang berhasil baik. Daerah sebelah luar merupakan zona hyperernia.
Zona ini merupakan luka bakar derajat satu yang harus sembuh dalam waktu I minggu dan lebih khas untuk cedera terbakar atau tersengat arus listrik ketimbang cedera akibat cairan yang panas.
Dalam menentukan dalamnya luka bakar, yang harus diperhatikan yaitu faktor-faktor:
  1. Riwayat terjadinya luka bakar
  2. Penyebab luka bakar
  3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
  4. Lamanya kontak dengan agen
  5. Tebalnya kulit

2.7 Luas Permukaan Tubuh yang Terbakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh Pada orang dewasa digunakan “rumus 9”, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kiri, paha kanan paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genetalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan dewasa digunakan rumus lain karena luas relative permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relative permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15%, bagian depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstrernitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
Selain dalamnya dan luas permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita. Daerah perineum, ketiak. leher dan tangan sulit perawatannya antara lain karena mudah mengalami kontraktur.
Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah, maka bila terbakar, digolongkan dalam golongan berat.

2.8 Perawatan Luka Bakar
Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak turut mengalami luka bakar.

  1. Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listnik, sumber listrik harus dipadamkan.

  1. Mendinginkan luka bakar
Proses koagulasi protein set di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan dernikian luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat dihentikan pada derajat I atau luka yang menjadi derajat III dihentikan pada tingkat I atau II. Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin sekurang-kurangnya 15 menit.

  1. Melepaskan benda penghalang
Meskipun pakaian yang menempel pada luka bakar dapat dibiarkan pakaian lain dan semua barang perhiasan harus segera dilepaskan untuk melakukan penilaian serta mencegah terjadinya kontriksi sekunder akihat edema yang timbul dengan cepat.

  1. Menutup luka bakar
Luka bakar hams ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan meagurangi nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar.

  1. Mengirigasi Luka bakar kimia
Luka bakar kimia akibat bahan korosif harus segera dibilas dengan air mengalir. Jika mengenai mata harus segera dicuci dengan air bersih yang sejuk.


Penatalaksanaan Kehilangan cairan dan Syok
Setelah menangani kesulitan pernapasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit yang hilang.
Perubahan cairan dan Elektrolit Pada Fase Emergensi/Resusitasi dalam Perawatan

Luka Bakar
Fase Akumulasi Cairan (Fase Syok)
Plasma menuju cairan interstisial (Edema path tempat yang terbakar)
Observasi
Penjelasam
Dehidrasi yang menyeluruh

Berkurangnya volume darah


Berkurangnya haluran urin






Kadar K+ yang berlebihan

Kadar Na+ yang kurang / deficit



Asidosi metabolic (deficit basa bikarbonat)
Hemokonsentrasi (Kenaikan
hematokrit)
Plasma mengalir keluar (bocor) lewat pembuluh darah kapiler yang rusak
Terjadi sekunder akibat hilangnya plasma penurunan tekanan darah dan berkurangnya curah jantung
Terjadi sekunder akibat:
-          kehilangna aliran darab renal
-          kehilangan cairan
-          Retensi Na&air karena peningkatan kortek adrenal (hemolisis sd darah merah yang menyebabkan hemoglobinuria & mionekrosisimioglobinuria)
Trauma seluler yang massif menyebabkan pelepasan ion
K± ke dalam cairan ekstraselukr
Sejumlah besar ion Na+ hilang dalam cairan edema yang terperangkap dan mengalami eksudasi serta berpindali ke dalam sel ketika ion K+ dilepas dan dalarn sel
Kehilangan ion-ion bikarbonat menyertai kehilangan natnium
Komponen darah yang cain mengalir ke dalam ruang ekstravaskuler

Selang infus dan kateter urin harus sudah terpasang sebelum resusitasi cairan dimulai. Hasil pengukuran BB dan tes laboratorium juga dicatat dan dipantau secara ketat.

Penggantian Cairan
Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama dihitung oleh dokter berdasarkan luas luka baker. Beberapa kombmasi kategori cairan dapat digunakan (1) koloid-whole blood, plasma serta plasma ekpander, dan (2) kristaloid/elektrolit larutan natrium kiorida fisiologik atau larutan ringer laktat. Resusitasi cairan yang adequate menghasilkan sedikit penurunan volume darah selama 24 jam pertama pasca luka bakar dan mengembalikan kadar plasma dalam nilai yang normal pada akhir periode 48 jam.
Pedoman Rumus untuk Penggantian Cairan Pada Pasien Luka Bakar

Rumus Konsensus
Larutan Ringer Laktat (atau larutan saline seimbang lainnya): 2-4 ml X kg BB X % luas luka baker.
Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam selanjutnya. Rumus Evans
  1. Koloid: 1mIXkgBBX%luaslukabaker
  2. Elektrolit (saline): Imi X kg BB X % luas luka baker
  3. Glukosa (5% dalam air): 2000m1 untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertarna, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dan cairan elektrolit dan koloid yang diberikan pada hari sebelunmya, seluruh penggantian cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas perrnikaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas pennukaan tubuh.


Rumus Brooke Army
1. Koloid: 0,5m1 X kg BB X % luas luka baker
2. Elektrolit (larutan ringer laktat): 1,5m1 X kg BB X % luas luka baker
3. Glukosa (5% dalam air): 2000rn1 untuk kebilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dan cairan koloid, separuh elektrolit, seluruh penggantian cairan insensible.
Luka baker derajat II dan III yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan 50% luas permukaan tubuh.
Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4m1 X kg 13B X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam 16 jam selanjutnya.
Han 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid Larutan Salin Hipertonik
Larutan pekat natrium kiorida dan laktat dengan konsentrasi 250-300 mEq natrium perliter yang diberikan pada kecepatan yang cukup untuk mempertahankan volume keluaran urin yang diinginkan. Jangan meningkatkan kecepatan infuse selama 8 jam pertama pasca luka bakar. Kadar natnium serum harus dipantau dengan ketat. Tujuan: meningkatkan kadar natnium serum dan osmolalitas untuk mengurangi edema dan mencegah komplikasi paru.

Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2500- 3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung atau ditambah parenteral.
Penderita yang mulal stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk memperlancar peredaran darah dan rnencegah kekakuan sendi.
Penderita luka bakar harus dipantau teius-rnenerus, keberhasilan pembenan cairan dapat dilihat dan diuresis normal yaitu sekurang-kurangnya lml!kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi normal/tidak

2.9 Proses Penyembuhan Luka
Fase Inflamasi:
         Merupakan awal dari proses penyembuhan luka.
         Proses peradangan akut terjadi dalam 24 – 48 jam pertama stlh cedera.
         Proses epitelisasi mulai terbentuk pada fase ini beberapa jam setelah terjadi luka.
          Terjadi reproduksi dan migrasi sel dari tepi luka menuju ke tengah luka.
         Fase ini dpt memanjang bila status nutrisi buruk atau sress fisik lainnya spt infeksi

Fase proliferasi:
         Merupakan fase lanjutan dari tahap inflamasi.
         Proses peradangan akut terjadi dalam 48 jam sampai 3 minggu
         persiapan pembentukan struktur protein untuk rekonstruksi jaringan
         aktif bergerak dan mengeluarkan substansi:
- kolagen, elastin. hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans
         proses sintetik  disebut fibroplasia dengan peran :
- proliferasi, migrasi, deposit jar. matriks dan kontraksi luka
  • Pembentukan jar. granulasi dari makrophag, pembuluh darah dan    fibroblast.
- proses pembetukan kapiler didalam luka
            - upaya respons untuk oksigenisasi dan nutrisi
  • Epitelialisasi
- Fibroblast keluarkan KGF (Keratinocyte) - stimulasi mitosis sel  
  epidermis
- Keratinasi mulai dari pinggir ketengah
- Dengan sintesa kolagen, kualitas dermis disempurnakan 
  • Kontraksi
- Struktur fibroblast berubah menjadi myofibroblast -- kontraksi
  Tuluan untuk memperkecil luka / defek

Fase remodeling atau maturasi
         Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang  pada proses penyembuhan luka.
          Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka  dan pematangan parut.
         Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut  luka yang matang yang mempunyai kekuatan  80% dari kulit normal.


2.10 Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap peningkatan Fit awal menuajukkan hemokonsentrasi
         sehubungan dengan kehilangan cairan
  1. EKG : tanda iskemia miokardial dapat terjadi pada luka bakar listrik
  2. GDA : Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi
  3. Fotografi luka bakar : memberikan eatatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.


Konsep Asuhan Keperawatan
  1. Pengkajian
a.       Aktivitas dan istirahat
Tanda : penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, gangguan massa otot
b.      Sirkulasi
Tanda Hipotensi (syok), penurunan nadi pada distal path ekstermitas yang cedera vaso kontriksi perifer umum, pembentukan edema jaringan semua Juka bakar.
c.       integritas ego
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, dan marah
Gejala : masalah tentang keuangan, pekeijaan, keluarga dan kecacatan
d.      Makanan atau cairan
Tanda : edema janingan umum, anoreksia, mual/muntah
e.       Neurosensori
Tanda: Perubahan orientasi, penurunan reflek tendon
f.       Nyeri / kenyamanan
Gejala : luka bakar derajat pertama secara ekstrim sensitif unutk disentuh, ditekan dan perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat dua sangat ayeri, sementara respon path luka bakar ketebalan derajat kedua tergangtung pada kebutuhan ujung saraf, luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
g.      Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup, terpajan lama
Tanda: serak, batuk mengik, ketidak mampuan menelan sekresi oral, sianosis

  1. Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri b/d cidera syaraf tepi
2.      Kekurangan volume cairan b/d peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler jaringan yang cidera
3.      Bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas
4.      Kerusakan integritas kulit b/d terputusnya cintinuitas jaringan
5.      Resti infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, rusaknya barier kulit


  1. Intervensi Keperawatan

  1. Nyeri b/d cidera syaraf tepi
Kriteria Hasil: nyeni (-), ekspresi wajah relaks, TTV normal
Intervensi
Rasionalisasi
§  Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi/karakter dan intensitas nyeri
§  Perhatikan suhu lingkukngan yang nyaman
§  Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan
§  Dapat mengidentifikasikan terjadinya komplikasi
§  Mengurangi terjadinya penguan
§  Kurang tidur dapat meningkatkan persepsi nyerilkemampuan koping menurun

  1. Kekurangan volume cairan b/d peningkatan tekanan hidrostatik pada kapiler jaringan yang cidera
Kriteria Hasil : - menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan yang di buktikan oleh pengeluaran urine yang adekuat, TTV stabil
Intervensi
Rasionalisasi
§  Awasi tanda vital



§  Awasi pengeluaran urine dan berat jenis, observasi wama urine

§  Selidiki petubahan mental
§  Memberikan pedoman untuk mengganti cairan dan mengkaji respon vaskuler

§  Intake out put seimbang, ada perdarahan pada urine

§  Penyimpanan pada tingkat kesadaran dapat mengindiksikan ketidak adekuatan volume sirkulasi/penurunan perfusi jaringan serebral

  1. Bersihan jalan nafas b/d obstruksi jalan nafas
Kriteria Hasil: menunjukkan bunyi nafas jelas, frekuensi peniafasan dalam rentang larna
Intervensi
Rasionalisasi
§  Kaji reflek GAG/menelan
§  Tinggikan kepala tempat tidur, hindari penggunaan bantal di bawah kepala
§  Latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering
§  Dugaan cedera inhalasi
§  Meningkatkau ekspansi paru optimal fungsi pernafasan

§  Meningkatkan ekspansi paru, mobilisasi dan drainase sekret


  1. Resti infeksi b/d pertahanan primer tidan adekuat, rusaknya barier kulit
Kriteria Hasil : - mencapai penyembuhan luka tepat waktu, bebas eksudat dan tidak demam
Intervensi
Rasionalisasi
§  Tekankan pentingnya cuci tangan yang baik
§  Gunakan sarung tangan, masker dan lakukan tehnik aseptik selama perawatan luka berlangsung
§  Ganti balutan dan bersihkan area terbakar serta periksa luka tiap hari
§  Mencegah kontaminasi silang menurunkan resiko infeksi
§  Mencegah terpajan pada organisme infeksius
§  Mengidentifikasi adanya penyembuhan dan granulasi jaringan